Ada Aroma PSM Makassar di COMO 1907 yang Promo ke Seria A Liga Italia

Olahraga233 Dilihat

SULSELONLINE.COM – Ada aroma PSM Makassar di klub yang bermarkas Eropa bernama Como 1907.

Como meruakan kota yang terletak di sebelah utara Italia. Penduduknya berjumlah 78.315 jiwa (2001). Terletak di ujung selatan Danau Como, kota ini adalah ibu kota Provinsi Como

Klub ini milik Hartono Bersaudara yang berasal dari Indonesia.

Hartono lalu merekrut Kurniawan Dwi Yulianto sebagai asisten pelatih yang kini berusia 47 tahun.

Legenda Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto, pernah memperkuat PSM Makassar.

Si Kurus, julukannya, membawa tim berjulukan Juku Eja itu menjadi juara Liga Indonesia.

Kurniawan dua musim bersama PSM Makassar. Ia pernah mencetak lima gol dalam satu pertandingan di dua musim tersebut.

Hartono Bersaudara

Hartono bersaudara ada di balik sukses Como 1907 promosi ke Serie A.

Musim depan, akan ada sembilan klub Serie A yang dipimpin oleh pemilik asing. Kehadiran Como bakal menambah panjang deretan klub kontestan Serie A 2024-2025 yang dimiliki investor dari luar Italia.

Sky Sport Italia mencatat, bakal ada sembilan tim Serie A musim depan yang dikomandoi bos atau grup investor asing.

Jumlah tersebut nyaris mencapai separuh kontestan liga.

Tim-tim tersebut adalah Atalanta (Stephen Pagliuca/Amerika Serikat), Bologna (Joey Saputo/Kanada), Como (Hartono bersaudara/Indonesia), dan Fiorentina (Rocco Commisso/AS).

Genoa (777 Partners/AS), Inter Milan (Steven Zhang/China), AC Milan (Gerry Cardinale/AS), Parma (Krause Group/AS), dan Roma (Dan Friedkin/AS) juga didukung oleh bos atau investor dari luar Negeri Piza.

Jumlah itu masih bisa bertambah andaikata satu tiket promosi ke Serie A yang tersisa menjadi milik Venezia (Duncan Niederauer/AS) atau Palermo (City Football Group/UEA).

Fenomena ini menandakan pergeseran dalam lanskap sepak bola Italia, yang kian kental rasa internasional.

Pada masa lalu, klub-klub Serie A banyak dipimpin oleh konglomerat lokal yang tanpa ragu mengalirkan harta kekayaan kepada tim kesayangan.

Sebut saja Silvio Berlusconi yang melegenda di AC Milan, Klan Agnelli yang menguasai Juventus, dan Massimo Moratti, presiden di balik sukses Inter Milan meraih treble pada 2010.

Daftar akan kian panjang jika menyebut Keluarga Tanzi (Parma), Franco Sensi (AS Roma), Sergio Cragnotti (Lazio), Vittorio Cecchi Gori (Fiorentina), dan bos eksentrik macam Maurizio Zamparini (Venezia, Palermo), dan Luciano Gaucci (Perugia).

Walau perubahan besar kini telah terjadi dengan banyaknya investor asing di Italia, Como yang ditopang oleh Grup Djarum pimpinan taipan Indonesia, Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, tetap merasa harus menjunjung etika lokal.

“Saya selalu berpikir bahwa kami adalah tamu di negeri orang. Apa yang kami lakukan saat ini adalah mencoba melakukan kerja sama dengan klub-klub Serie A lainnya untuk sama-sama mengangkat pamor sepak bola Italia,” kata perwakilan Como 1907 dan Grup Djarum mengutip KOMPAS.com melalui sambungan video, Rabu (15/5/2024).

Mirwan menceritakan proses panjang warga lokal Como dalam menerima kedatangan grup investor anyar yang dipimpin Hartono bersaudara. Publik Como yang pernah dibuat kecewa dengan pemilik-pemilik sebelumnya, awalnya memandang dengan penuh kecurigaan.

Mirwan mengatakan butuh sekitar tiga tahun untuk mendapatkan kepercayaan penuh dari publik setempat. Demi mendapatkan cinta dari masyarakat lokal, pihak manajemen pun berupaya menempatkan diri sebagai orang Como.

Ikatan dijalin dengan berbagai pendekatan, termasuk memberi jersey tim kepada bayi yang baru lahir di Como serta mengizinkan anak berusia di bawah 13 tahun untuk menyaksikan pertandingan secara gratis.

“Setelah mereka melihat program ini berjalan dan ada efeknya, baru mereka benar-benar menerima kami di sana.”

“Kalau kami tiba-tiba langsung masuk dengan mendorong-dorong Indonesia, takutnya mereka malah tidak suka. Kami harus benar-benar menjalin hubungan yang sangat dekat dengan komunitas Como.”

“Perlahan-lahan, baru kami mulai bisa melihat orang-orang Como tertarik untuk pergi ke Indonesia karena mereka melihat kami membuat sesuatu di sana. Baru setelah itu mereka mau mengenal kami lebih jauh.”

“Dalam dua tahun terakhir di musim panas makin banyak fan Como yang pergi ke Borobudur atau Bali sambil membawa bendera Como untuk menunjukkan bahwa mereka menghabiskan liburan di Indonesia.

Efek Indonesia-nya baru muncul setelah kami menjadi warga Como dulu,” tutur Mirwan memberi penjelasan.

Como 1907 ingin melakukan pendekatan serupa kala mereka menjadi bagian dari ekosistem Serie A. Mereka ingin ikut berkontribusi untuk membangun sepak bola Italia, yang pada era 1990-an sempat menjadi primadona.

“Kami tahun lalu memegang hak siar Serie B untuk beberapa negara di Amerika, Inggris, dan Asia Tenggara. Ternyata kami cukup berhasil mengangkat pamor Serie B di Amerika dan Inggris sehingga untuk tahun ke depan banyak klub-klub Serie A yang mengajak kami bekerja sama lagi,” ucap Mirwan Suwarso.

Mirwan Suwarso menekankan dua kata kunci, yakni “koordinasi” dan “kolaborasi”.

Como 1907 yang kembali ke Serie A setelah 21 tahun, bersiap menggandeng rekan baru mereka di kompetisi kasta tertinggi Negeri Piza.

“Yang pertama adalah Cagliari. Kami akan bekerja sama dengan Cagliari untuk menjual turisme sepak bola. Di bulan Juli nanti kami berangkat ke turnamen di Amerika, mengirim tim junior gabungan Cagliari dan Como.”

Seperti diketahui, Como 1907 bermarkas di wilayah yang disebut sebagai salah satu area terindah di Eropa. Kemilau Danau Como bisa jelas terlihat dari kandang tim, Stadion Giuseppe Singigaglia. Karena itu, kemitraan dengan sang klub tetangga di region Lombardia pun bakal diupayakan.

“Ke depannya kami akan menggandeng AC Milan juga untuk menjual paket wisata. Orang berkunjung ke Milan juga akan mendapatkan tiket ke Como. Orang yang datang ke Danau Como bisa beli tiket ke Milan dan ada paket untuk langsung terbang ke Cagliari,” ujar Mirwan Suwarso dalam wawancara virtual dengan wartawan Grup Kompas Gramedia pekan lalu.

Sebagai pendatang baru Serie A yang dipimpin oleh bos asing, terasa penting bagi Como untuk mengetuk pintu kemitraan. “Kemungkinan besar kami juga akan bekerja sama dengan beberapa klub lain di Italia. Kami juga banyak berdiskusi soal inovasi-inovasi baru yang akan coba diterapkan bersama.”

“Kami sudah menggandeng pemilik Atalanta, Luca Percassi, soal stadion. Pembangunan stadion kami akan bekerja sama dengan mereka. Kami utamakan koordinasi dan kolaborasi,” ujar Mirwan Suwarso.

Como sadar posisi dan enggan menutup diri untuk kemungkinan kolaborasi. Tim beralias I Lariani (Si Anak Danau) itu ingin para para investor klub saling menopang dalam mengembangkan ekosistem sepak bola Italia.

“Bagaimana kita bisa bekerja sama di antara klub Serie A dan Serie B supaya bisa mengangkat lagi pamor sepak bola Italia. Kami klub kecil, tidak punya ego, dan datang untuk mencoba saling melayani dengan klub-klub lain.”

“Alhamdulillah inisiatif kami disambut positif oleh pemilik klub lain. Termasuk yang punya La Gazzetta dello Sport (media olahraga besar Italia), Urbano Cairo, (sekaligus) pemilik Torino ini juga menyambut positif. Jadi saya rasa makin banyak kolaborasi, mempererat hubungan antarklub Italia,” tutur Mirwan Suwarso.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *