Pj Gubernur Sulsel : 1 Miliar Pohon Pisang Hasilkan Rp 200 Triliun

Berita, Sulsel89 Dilihat

Makassar – Pj Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin akan menjadikan Sulsel produsen pisang terbesar di dunia.

Bahtiar menargetkan Sulsel bisa meraup cuan Rp 200 triliun dari target budi daya 1 miliar pohon pisang di Sulsel.

Target itu disampaikan Bahtiar saat acara Gerakan Nasional Ketahanan Pangan di Kelurahan Tamarunang, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Rabu (1/11).

Bahtiar menganggap pisang adalah komoditas bernilai ekonomi tinggi.

“Kalau kami bisa tanam sesuai target saya 1 miliar pohon pisang di Sulsel, bisa menghasilkan uang Rp 200 triliun,” tegas Bahtiar dalam sambutannya.

Bahtiar mengakui targetnya terlalu tinggi, namun bukan tidak mungkin bisa dicapai. Rencana ini butuh dukungan semua pihak demi menyukseskannya.

“Target kita memang agak tinggi cita-citanya. Kita selesaikan ini 1-2 tahun ke depan, itu kita menjadi produsen terbesar nomor 1 di dunia,” ungkapnya.

Dia menjelaskan budi daya 1 miliar pohon pisang butuh lahan yang luas. Bahtiar ingin tiap kecamatan bisa memanfaatkan lahan untuk program tersebut.

“Kami akan mengembangkan program (pisang) ini berbasis kecamatan. Insyaallah kalau berbasis kecamatan, arealnya lebih luas. Jadi kita bikin kelompok berbasis kecamatan,” ujar Bahtiar.

Bahtiar pun membeberkan kalkulasi pendapatan yang bisa diraup di tiap kecamatan. Dia mengasumsikan tiap kecamatan bisa menggarap 200 hektare lahan untuk budi daya pisang.

“Ambillah 200 kecamatan di Sulsel. Jadi kalau 200 hektare kali 200 kecamatan, berarti kita dapat 40.000 hektare. Nah, 1 hektare itu (hasilnya) Rp 375-Rp 385 juta. Paling jeleknya itu 200 juta per hektare,” tuturnya.

“Kalau 1 hektare itu 200 pohon kali Rp 100 ribu, hasilnya Rp 200 juta. Kalau Rp 75 ribu, (hasilnya) Rp 150 juta. Bagi 12 bulan dalam setahun, berarti lebih dari Rp 9 juta,” lanjut Bahtiar.

Bahtiar lantas sesumbar jika asumsi pendapatan tersebut lebih tinggi dari gaji ASN. Dia meyakini keuntungan yang bisa didapat akan jauh lebih besar jika lahan yang digarap lebih luas.

“Gaji ASN kurang dari itu. Kalau Rp 9-10 juta per bulan, ngapain jadi ASN, gitu. Bikin aja 10 hektare, menghasilkan 100 juta per bulan,” paparnya.

Dia pun mengajak agar warga turut menyukseskan program budi daya pisang. Bahtiar menegaskan pisang punya nilai jual yang tinggi.

“Investasinya hanya di tahun pertama. (Dalam jangka waktu) 7-8 bulan sudah ada hasilnya. Tahun kedua investasinya turun 60 persen karena anakannya bisa diakali panen di tahun berikutnya,” lanjut Bahtiar.

Bahtiar menegaskan budi daya pisang merupakan bagian dari program ketahanan pangan. Dia menilai hal ini bisa mengukuhkan posisi Sulsel sebagai lumbung pangan.

“Kita hendak sedang membangun sebuah penguatan ketahanan kita di Indonesia. Kita mulai dari Sulsel dengan mengembangkan pisang,” tuturnya.

Dia pun berharap unsur Forkopimda Sulsel mendukung langkahnya. Bahtiar menegaskan budi daya pisang bukan program main-main.

“Jadi cita-citanya kita tidak main-main. Makanya harus Panglima, Kapolda, Kajari yang turun tangan. Karena pekerjaannya besar, nggak cemen-cemen,” imbuh Bahtiar.

KUR Rp 8 Triliun
Pemprov Sulsel turut menggandeng Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk mengembangkan budi daya pisang. OJK Regional VI Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) berkomitmen mengembangkan ekosistem bisnis program tersebut.

Kepala OJK Regional VI Sulampua Darwisman menuturkan pihaknya menyiapkan dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) senilai Rp 8 triliun demi program ketahanan pangan itu. OJK telah menunjuk lima bank untuk menyiapkan dana KUR bagi warga yang ingin budi daya pisang.

“Kapan pun masyarakat ingin tanam pisang, silakan (ajukan dana KUR), karena memang alokasinya ini. Secepatnya lebih baik, karena masih ada kurang lebih sisa Rp 8 triliun lagi yang harus disalurkan di akhir 2023 ini,” kata Darwisman kepada wartawan, Sabtu (27/10).

Darwisman menuturkan pihaknya sudah mengkalkulasi kebutuhan dana KUR yang akan diberikan. Menurut hitungannya, modal yang bisa diberikan bisa mencapai Rp 100 juta tiap hektare lahan.

“KUR itu sudah ada hitung-hitungannya, analisisnya. 1 hektare itu membutuhkan support pendanaan Rp 100 juta. Itu skema KUR mikro tanpa agunan,” tuturnya.

Dia mengaku optimis dengan program tersebut. Apalagi Pj Gubernur Sulsel sudah memulai melakukan budi daya pisang di sejumlah daerah.

“Sebelum mendorong kepada tahapan satu miliar pohon pisang atau 500 ribu hektare, beliau sudah mencontohkan lebih dahulu. Kami dari OJK tentunya bersama seluruh perbankan, yang memiliki program Kredit Usaha Rakyat akan mendukung program ini,” katanya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *